Hingga sekitar 20 tahun yang lalu, hampir semua ahli riset percaya bahwa
alkohol dalam jumlah yang “sedang” tidak akan merusak tubuh sama
sekali. Tetapi sekarang, para ahli fisiologi tubuh telah diyakinkan
bahwa alkohol yang diminum dalam “jumlah sedang” oleh social-drinkers
pun akan mengakibatkan kerusakan permanen pada kedua organ utama tubuh
yaitu otak dan jantung.
Alkohol (etanol) yang terdapat dalam setiap
minuman keras akan langsung diserap oleh tubuh setelah diteguk. Bahkan
karena memang tidak perlu dicerna terlebih dahulu, maka alkohol itu
telah mulai diserap sekalipun sewaktu masih berada di mulut. Oleh
karena sangat singkat alkohol ini segera beredar di seluruh tubuh,
terutama di bagian tubuh yang memiliki sangat banyak pembuluh darah.
Contohnya, otak.
Oleh sebab itulah, semua reaksi dalam tubuh dan perilaku yang
dikendalikan oleh otak sangat dipengaruhi oleh alkohol. Para ahli telah
membuat rumusan antara jumlah alkohol yang diminum dengan ukuran bagian
otak yang terserang. Sebagai contoh, jika seseorang yang memiliki
berat tubuh sebesar 70 kg dengan perut kosong meminum 720 cc bir (2
botol), atau 45 cc whiskey (1–2 seloki), maka alkohol dalam darahnya
akan mencapai jumlah 50 mg/dl atau dengan konsentrasi 0,05%. Pada
tingkat ini bagian otak yang terpengaruh adalah lapisan luarnya
(korteks) yang merupakan pusat pengendalian rasa cemas, sehingga ia akan
kelihatan gembira dan tenang.
Dengan meminum sekitar 6 botol bir, atau sekitar 135 cc whiskey, ia akan
memiliki keberanian sosial karena tidak lagi malu-malu, menunjukkan
ketidakstabilan dalam berdiri maupun berjalan, dan lamban bereaksi, oleh
karena pusat pengendalian otot yaitu otak bagian belakang telah
dipengaruhi. Pada tingkat ini jumlah alkohol dalam tubuh adalah sekitar
150–300 mg/dl atau dengan konsentrasi sekitar 0,1% dan ia akan mabuk.
Setelah menenggak minuman keras dalam jumlah yang sama, konsentrasi
alkohol pada darah wanita lebih tinggi daripada pada pria. Hal ini
disebabkan karena dengan berat yang sama, tubuh wanita mengandung lebih
sedikit cairan karena mengandung lebih banyak lemak tubuh.
Jika si peminum minum terus sampai jumlah alkohol dalam darah mencapai
di atas 400 mg/dl atau dengan konsentrasi 0,2% (di atas 0,5 liter
whiskey) maka bagian yang lebih dalam dari otaknya akan terserang,
sehingga ia akan mengantuk sekali. Jika konsentrasinya melewati 0,5%
maka pusat pengendali pernapasan pada bagian terdalam dari otaknya akan
dilumpuhkan, sehingga akan sulit baginya untuk bernapas. Lalu suhu tubuh
pun akan menurun drastis, dan kemudian si peminum ini akan lambat laun
meninggal dengan tenang.
Tubuh memiliki kemampuan untuk membersihkan racun yang masuk ke
dalamnya. Termasuk di antaranya adalah alkohol. Tubuh membersihkan
alkohol dari darah dengan kecepatan yang tetap, yakni tidak bisa
diperlambat maupun dipercepat. Dibutuhkan waktu sekitar 90 menit untuk
membersihkan tubuh dari 30 cc whiskey atau 1 botol (360 ml) bir.
Melihat hal ini boleh jadi Anda akan bertanya” jadi, jikalau memang
tubuh dapat membuang alkohol yang kita minum, kenapa kita perlu
khawatir:” Walaupun toh akhirnya akan ditarik dari peredaran darah,
sewaktu masih dalam darah, alkohol akan mengakibatkan beberapa hal yang
merugikan.
Prof. Dr. Melvin H. Knisely, Prof. Dr. Herbert A. Moskow dan Prof. Dr.
Raymond C. Penington dari Medical University of South Carolina (AS)
adalah para pakar tentang darah, yang keahliannya diakui oleh dunia.
Penelitian mereka menunjukkan bahwa alkohol akan memperkental darah
manusia, bahkan sampai membentuk gumpalan-gumpalan kecil. Gumpalan
kecil ini dapat menyumbat pembuluh-pembuluh darah kecil (kapiler) yang
menjadi pusat perpindahan oksigen dari darah ke sel-sel dalam tubuh.
Dengan demikian, sel-sel ini akan mati karena kekurangan oksigen. Ini
terjadi setiap kali seseorang meminum minuman keras.
Semakin banyak alkohol yang masuk dalam darah, semakin meningkat jumlah
gumpalan-gumpalan tersebut sehingga semakin banyak pembuluh kapiler yang
tersumbat bahkan pecah sampai menimbulkan pendarahan kecil. Hal ini
terjadi di berbagai organ tubuh terutama otak. Berbagai jaringan tubuh
manusia mampu menggantikan sel-sel yang telah mati. Tetapi, tidak
demikian halnya dengan otak. Sel otak yang telah mati tidak akan pernah
digantikan oleh sel-sel yang baru. Selama alkohol tetap berada dalam
darah maka ini akan melemahkan ingatan. Demikian dilaporkan oleh Dr.
Ben Morgan Jones dari University of Oklahama (AS) atas hasil
penelitiannya.
Alkohol dapat mengurangi kesanggupan jantung untuk mengedarkan darah ke
seluruh tubuh, serta meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh sehingga
membuka peluang untuk penyakit reumatik. Zat ini juga dapat
mengakibatkan lemah syahwat dan kemandulan pada pria dan wanita.
Peminum alkohol memiliki risiko 8 kali lipat untuk menderita sirosis
(pengerasan lever) daripada yang bukan peminum.
Alkohol akan menutupi perasaan letih sehingga membuat yang meminumnya
bekerja melewati batas kemampuannya. Dengan demikian, ia telah meminjam
tenaga yang seharusnya digunakan keesokan harinya. Ada yang berusaha
menanggulangi penyakit susah tidur dengan meminum alkohol. Pada
awalnya, kelihatannya memang alkohol tersebut dapat menolong melelapkan
tidur, tetapi selanjutnya, alkohol ini akan mengganggu tidur. Ini
berarti bahwa produktivitas untuk keesokan harinya akan benar-benar
berkurang.
Dengan demikian, tanpa bermaksud untuk menghakimi, memang tidak ada
jumlah alkohol yang aman untuk diteguk tanpa menimbulkan kerusakan dalam
tubuh. Ini berarti, para social-drinker pun yaitu peminum ringan dan
sedang tidak luput dari hal-hal di atas. Sebab, memang tidak ada jumlah
alkohol yang aman untuk diteguk. Meminum atau tidak meminum alkohol
adalah pilihan pribadi masing-masing kita.
Oleh sebab itulah, semua reaksi dalam tubuh dan perilaku yang dikendalikan oleh otak sangat dipengaruhi oleh alkohol. Para ahli telah membuat rumusan antara jumlah alkohol yang diminum dengan ukuran bagian otak yang terserang. Sebagai contoh, jika seseorang yang memiliki berat tubuh sebesar 70 kg dengan perut kosong meminum 720 cc bir (2 botol), atau 45 cc whiskey (1–2 seloki), maka alkohol dalam darahnya akan mencapai jumlah 50 mg/dl atau dengan konsentrasi 0,05%. Pada tingkat ini bagian otak yang terpengaruh adalah lapisan luarnya (korteks) yang merupakan pusat pengendalian rasa cemas, sehingga ia akan kelihatan gembira dan tenang.
Dengan meminum sekitar 6 botol bir, atau sekitar 135 cc whiskey, ia akan memiliki keberanian sosial karena tidak lagi malu-malu, menunjukkan ketidakstabilan dalam berdiri maupun berjalan, dan lamban bereaksi, oleh karena pusat pengendalian otot yaitu otak bagian belakang telah dipengaruhi. Pada tingkat ini jumlah alkohol dalam tubuh adalah sekitar 150–300 mg/dl atau dengan konsentrasi sekitar 0,1% dan ia akan mabuk.
Setelah menenggak minuman keras dalam jumlah yang sama, konsentrasi alkohol pada darah wanita lebih tinggi daripada pada pria. Hal ini disebabkan karena dengan berat yang sama, tubuh wanita mengandung lebih sedikit cairan karena mengandung lebih banyak lemak tubuh.
Jika si peminum minum terus sampai jumlah alkohol dalam darah mencapai di atas 400 mg/dl atau dengan konsentrasi 0,2% (di atas 0,5 liter whiskey) maka bagian yang lebih dalam dari otaknya akan terserang, sehingga ia akan mengantuk sekali. Jika konsentrasinya melewati 0,5% maka pusat pengendali pernapasan pada bagian terdalam dari otaknya akan dilumpuhkan, sehingga akan sulit baginya untuk bernapas. Lalu suhu tubuh pun akan menurun drastis, dan kemudian si peminum ini akan lambat laun meninggal dengan tenang.
Tubuh memiliki kemampuan untuk membersihkan racun yang masuk ke dalamnya. Termasuk di antaranya adalah alkohol. Tubuh membersihkan alkohol dari darah dengan kecepatan yang tetap, yakni tidak bisa diperlambat maupun dipercepat. Dibutuhkan waktu sekitar 90 menit untuk membersihkan tubuh dari 30 cc whiskey atau 1 botol (360 ml) bir.
Melihat hal ini boleh jadi Anda akan bertanya” jadi, jikalau memang tubuh dapat membuang alkohol yang kita minum, kenapa kita perlu khawatir:” Walaupun toh akhirnya akan ditarik dari peredaran darah, sewaktu masih dalam darah, alkohol akan mengakibatkan beberapa hal yang merugikan.
Prof. Dr. Melvin H. Knisely, Prof. Dr. Herbert A. Moskow dan Prof. Dr. Raymond C. Penington dari Medical University of South Carolina (AS) adalah para pakar tentang darah, yang keahliannya diakui oleh dunia. Penelitian mereka menunjukkan bahwa alkohol akan memperkental darah manusia, bahkan sampai membentuk gumpalan-gumpalan kecil. Gumpalan kecil ini dapat menyumbat pembuluh-pembuluh darah kecil (kapiler) yang menjadi pusat perpindahan oksigen dari darah ke sel-sel dalam tubuh. Dengan demikian, sel-sel ini akan mati karena kekurangan oksigen. Ini terjadi setiap kali seseorang meminum minuman keras.
Semakin banyak alkohol yang masuk dalam darah, semakin meningkat jumlah gumpalan-gumpalan tersebut sehingga semakin banyak pembuluh kapiler yang tersumbat bahkan pecah sampai menimbulkan pendarahan kecil. Hal ini terjadi di berbagai organ tubuh terutama otak. Berbagai jaringan tubuh manusia mampu menggantikan sel-sel yang telah mati. Tetapi, tidak demikian halnya dengan otak. Sel otak yang telah mati tidak akan pernah digantikan oleh sel-sel yang baru. Selama alkohol tetap berada dalam darah maka ini akan melemahkan ingatan. Demikian dilaporkan oleh Dr. Ben Morgan Jones dari University of Oklahama (AS) atas hasil penelitiannya.
Alkohol dapat mengurangi kesanggupan jantung untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh, serta meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh sehingga membuka peluang untuk penyakit reumatik. Zat ini juga dapat mengakibatkan lemah syahwat dan kemandulan pada pria dan wanita. Peminum alkohol memiliki risiko 8 kali lipat untuk menderita sirosis (pengerasan lever) daripada yang bukan peminum.
Alkohol akan menutupi perasaan letih sehingga membuat yang meminumnya bekerja melewati batas kemampuannya. Dengan demikian, ia telah meminjam tenaga yang seharusnya digunakan keesokan harinya. Ada yang berusaha menanggulangi penyakit susah tidur dengan meminum alkohol. Pada awalnya, kelihatannya memang alkohol tersebut dapat menolong melelapkan tidur, tetapi selanjutnya, alkohol ini akan mengganggu tidur. Ini berarti bahwa produktivitas untuk keesokan harinya akan benar-benar berkurang.
Dengan demikian, tanpa bermaksud untuk menghakimi, memang tidak ada jumlah alkohol yang aman untuk diteguk tanpa menimbulkan kerusakan dalam tubuh. Ini berarti, para social-drinker pun yaitu peminum ringan dan sedang tidak luput dari hal-hal di atas. Sebab, memang tidak ada jumlah alkohol yang aman untuk diteguk. Meminum atau tidak meminum alkohol adalah pilihan pribadi masing-masing kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar